"AYO BUDAYAKAN HIDUP SEHAT"

Kamis, 05 Juni 2014

Penurunan AKI dan AKB Tanggung Jawab Bersama


1.Angka Kematian Ibu/Bayi
Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015 dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

Dari target MDGs 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000 menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per 1000 KH, pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per 1000 menjadi 24 per 1000 Kelahiran Hidup.

Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya mengatasi masalah dalam menurunkan AKI dan AKB diantaranya mendekatkan jangkauan pelayanan kebidanan kepada masyarakat. ”Dengan dibangunnya Pondok Bersalin Desa (Polindes) di setiap desa dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak,”.


Dalam menurunkan AKI dan AKB yaitu pemberian kewenangan tambahan pada Puskesmas untuk penanganan kegawatdaruratan pada kasus Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Pemberdayaan RS sebagai sarana rujukan dalam penanganan kegawatdaruratan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dan upaya standarisasi pelayanan kebidanan.

Kemenkes menghimbau bidan tetap semangat melayani dan menyelamatkan kehidupan ibu dan bayi, memberikan pelayanan kebidanan secara professional melalui peningkatan kemampuan analitik dan sesuai standar profesi. Sedangkan untuk IBI lakukan pembinaan anggota untuk implementasi standar profesi, peningkatan kompetensi, dan bersinergi dengan pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan AKB untuk bersama-sama wujudkan program MDGs 2015.

2. Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan.
Tenaga kesehatan dalam rangka upaya penurunan AKI dan AKB, sebagai ujung tombaknya adalah pelayanan bidan desa yang berhubungan langsung dengan pelayanan ibu dan bayi di  masyarakat dan dokter Puskesmas sebagai ujung tombak terdepan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Rumah Sakit dengan dokter Spesialis Kebidanan serta dokter Spesialis Anak dalam hal penurunan AKI dan AKB adalah pelengkap sistim dalam upaya tersebut , mereka berfungsi sebagai pengelola output atau “hasil produksi” yaitu ibu hamil, melahirkan dan bayinya.

3. Masyarakat.
Target utama untuk proses penurunan AKI dan AKB adalah Ibu hamil.
- Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR) merupakan permasalahan yang penting oleh karena angka kejadian di Indonesia sangat tinggi. Salah satu fakta yang kurang dikenal tetapi penting ialah tentang kematian bayi di negara sedang berkembang , bahwa 10-12% dari bayi yang lahir dengan BBLR ( dibawah 2.500 gram) meliputi 30-40% dari semua kematian dalam tahun pertama kehidupan. WHO (2002) menunjukkan “fenomena 2/3″ atau ” the two third rule”:  2/3,AKB berasal dari angka kematian Neonatal ( bayi umur sampai 28 hari), dari angka kematian neonatal ini 2/3 kematian terjadi pada usia kurang dari 1 minggu dan 2/3 dari angka tersebut meninggal dalam 24 jam pertama. Dari kematian 24 jam pertama ternyata tertinggi adalah akibat BBLR, disamping Asfiksia ( kegagalan bernafas segera setelah lahir).

Di negara maju, BBLR biasanya merupakan bayi kurang bulan, sedangkan di negara sedang berkembang termasuk Indonesia, BBLR biasanya adalah bayi usia penuh dalam kandungan, salah satu penyebab utamanya ialah bahwa ibu tersebut kekurangan gizi ketika mengandung.
Melihat kenyataan bahwa angka BBLR di Indonesia masih tinggi dan sebagian besar kematian bayi adalah BBLR, maka prioritas penanganan masalah AKB ditujukan terhadap pencegahan terhadap terjadinya BBLR.

- Dalam upaya penurunan AKI, sudah didapatkan formula sederhana 4 terlalu dan 3 terlambat :
4 terlalu adalah: Terlalu muda untuk hamil, terlalu tua untuk hamil, terlalu dekat jarak hamil dan terlalu banyak anak.
3 terlambat adalah : terlambat untuk memutuskan dirujuk, terlambat sampai ditempat rujukan dan terlambat dikelola ditempat rujukan.

Pada penelitian dapat dibuktikan bahwa insiden BBLR tinggi pada bayi pertama, paling rendah pada bayi kedua dan berikutnya insidennya meninggi lagi. Wanita yang melahirkan ber kali- kali menunjukkan suatu keadaan  ” maternal depletion syndrom” , keadaan ini yang mempengaruhi berat badan anak yang dilahirkan kemudian umumnya rendah. Pada penelitian di Inggris , dimana perbedaan tingkat sosial ekonomi tidak begitu berpengaruh, dapat dibuktikan bahwa pada jarak kehamilan terlalu dekat ternyata mempunyai risiko tinggi BBLR. Dengan mengatur jarak kehamilan sekitar 3-6 tahun, ternyata angka BBLR dapat dikurangi dengan 20%. Terlalu muda dan trrlalu tua hamil sudah terbukti meningkatkan risiko komplikasi kehamilan seta meningkatkan risiko BBLR.

Dari uraian diatas, dengan titik tangkap pada pengelolaan ibu hamil saja, akan memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan AKI dan AKB .

Posyandu ( Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu pada dasarnya merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan pembangunan, khususnya kesehatan, dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Tujuan penyelenggaraan Posyandu :
1 mempercepat angka penurunan AKB , anak balita dan angka kelahiran.
2 pempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
3 meningkatkan kemampuan masyarakat unyuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang  sesuai dengan kebutuhan.

Bertitik tolak dari uraian diatas, maka jelaslah bahwa seharusnya untuk usaha menurunkan AKI dan AKB , titik utama nya adalah melakukan pencegahan terjadinya BBLR, sehubungan dengan faktor penyebab, maka usaha pencegahan dititik beratkan pada hal hal mencegah dan merawat ibu hamil rosiko tinggi dan sosial ekonomi yang mempengaruhi.

Pada penelitian oleh lembaga Gizi Amerika Tengah dan Panama yang dilakukan di Guatemala, dengan pemberian makanan tambahan beberapa ratus kalori saja per hari, yang diberikan pada ibu hamil  tiga bulan terakhir dari kehamilannya, dapat mengurangi insiden  BBLR dari 30% menjadi 4%.

Pertambahan berat badan ibu hamil di Indonedia rata rata 6 kg, keadaan ini sama dengan di Tansania. kenaikan BB ini berhubungan dengan pertumbuhan janin, plasenta, cairan amnion dan organ reproduksi..

Atas dasar naiknya BB ibu selama hamil, Martodipuro ( 1982) Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil ( KMS ibu hamil) , dengan KMS ini dapat  untuk mendeteksi secara dini gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan akibat kekurangan gizi. Apabila pertambahan BB sesuai dengan kartu monitor, maka diharapkan pada saat melahirkan bayi cukup bulan BB lahir bayi diperkirakan 3 kg atau lebih.

Dengan memasukkan program penimbangan ibu hamil dan monitor KMS ibu hamil di Posyandu yang diikuti Pemberian Makanan Tambahan pada ibu yang kurva BB nya rendah terutama pada 3 bulan terakhir kehamilannya, diharapkan insiden BBLR menurun yang pada gilirannya akan menurunkan AKB yang pada kenyataanya AKB tertinggi akibat BBLR.

Dengan monitor berkelanjutan ibu hamil dengan  KMS ibu hamil  diikuti pemeriksaan Tekanan darah oleh. Kader yang audah terlatih, setidaknya sudah bisa juga terdeteksi secara dini komplikasi kehamilan yang membahayakan seperti Eklamsi .

Dari uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa peran masyarakat sangat dibutuhka dalam usaha penurunan AKI dan AKB. Dengan lebih diintensifkan lagi Posyandu dengan monitoring KMS ibu hamil dan Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil terutama pada 3 bulan terakhir kehamilannya, serta menggalakkan kembali Keluarga Berencana dan memperkuat sistim rujukan, tidak mustahil target tujuan Pembangunan Milenium th 2015 bisa tercapai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Superman